Chapter 02
Tiba-tiba, Delta Three mengambil
sesuatu dari kegelapan yang tidak bisa dijangkau oleh penerangan yang
remang-remang (yang memang disengaja), sebuah benda kecil yang berdiri (kalau bisa
dikatakan begitu) di atas papan alumunium tipis. Sebuah proyektil
berbentuk serangga kecil yang mengilap.
“Proyektil
siap,sekali lagi apa perintahmu, Sir?”, tanyanya dengan nada mendesak.
Pertanyaan
itu jelas ditujukan pada Delta One, sebagai pemimpin operasi itu.
Sebelum
membulatkan keputusannya, dia melihat jam tangan chronolog di pergelangan tangan kirinya yang berpendar kehijauan
samar, kemudian kepada kedua rekannya yang telah bersiap,dan akhirnya
menganggukkan kepala dengan yakin tanda setuju.
Delta
Two menggerakkan tuasnya dengan pelan tapi pasti. Benda itupun terbang
dengan mengeluarkan suara dengung dinamo yang samar, melayang ke kubah itu.
* * *
Udara
yang menusuk di luar tetap tidak mengganggu rutinitas di dalam Habisphere untuk
tetap berlangsung dengan normal, karena saluran ventilasi dan sirkulasi pemanas
udara yang selalu berfungsi dengan baik, walaupun juga harus dibayar dengan
pemandangan pipa-pipa yang rumit dan memusingkan di koridor, berisi jaringan
pemanas ruangan, yang terkadang mendesis, tanda ada kebocoran di lorong-lorong
yang dindingnya dipenuhi pipa-pipa itu. Membuat bangunan setengah bola seperti
iglo besar yang berdinding luar kaca fiberglass tebal berbentuk heksagonal
kecil-kecil yang terplester satu sama lain itu, seperti sebuah reaktor
nuklir tanpa corong pembuang uap air panas.
Meskipun begitu, orang-orang di
tempat terisolir ini sudah terbiasa dengan hal-hal seperti itu. Termasuk juga
seorang lelaki paro baya berjas lab yang sekarang sedang melamun di tepi
bingkai dinding kaca itu.
Menatap keluar, ke pemandangan
malam bersalju dan berkabut dibawah langit yang berawan, menutupi sinar rembulan
yang menaungi padang putih pucat dan pinus yang merumpun tersebar.
Dia melihat sesuatu
terbang dari ventilasi di atas kepalanya. Sebutir debu,bukan! Itu adalah seekor serangga yang terbang
dihadapannya sasaat seperti menyapanya, dan langsung melesat lagi melewati jas
laboratoriumnya yang pucat,
menuju salah satu lampu neon di dekatnya, tempat
berkumpulnya berbagai rumpun serangga lainnya.
Dia mendengar suara
dengung yang aneh dari serangga itu. Itu bukan suara yang alami. Seperti suara mesin.
Ah, lupakanlah, mungkin itu hanya
pikirannya saja. Memang, beberapa waktu terakhir ini otaknya selalu dipenuhi dengan segala hal
tentang mesin, mungkin hal itu memengaruhinya. Entahlah. Ia kembali melamun.