Minggu, 08 Februari 2015

Chapter 02



                Chapter 02

                 Tiba-tiba, Delta Three mengambil sesuatu dari kegelapan yang tidak bisa dijangkau oleh penerangan yang remang-remang (yang memang disengaja), sebuah benda kecil yang berdiri (kalau bisa dikatakan begitu) di atas papan alumunium tipis. Sebuah proyektil berbentuk serangga kecil yang mengilap.
                
               “Proyektil siap,sekali lagi apa perintahmu, Sir?”, tanyanya dengan nada mendesak.
Pertanyaan itu jelas ditujukan pada Delta One, sebagai pemimpin operasi itu.
 
                Sebelum membulatkan keputusannya, dia melihat jam tangan chronolog di pergelangan tangan kirinya yang berpendar kehijauan samar, kemudian kepada kedua rekannya yang telah bersiap,dan akhirnya menganggukkan kepala dengan yakin tanda setuju.

                Delta Two menggerakkan tuasnya dengan pelan tapi pasti. Benda itupun terbang dengan mengeluarkan suara dengung dinamo yang samar, melayang ke kubah itu.

* * *

                Udara yang menusuk di luar tetap tidak mengganggu rutinitas di dalam Habisphere untuk tetap berlangsung dengan normal, karena saluran ventilasi dan sirkulasi pemanas udara yang selalu berfungsi dengan baik, walaupun juga harus dibayar dengan pemandangan pipa-pipa yang rumit dan memusingkan di koridor, berisi jaringan pemanas ruangan, yang terkadang mendesis, tanda ada kebocoran di lorong-lorong yang dindingnya dipenuhi pipa-pipa itu. Membuat bangunan setengah bola seperti iglo besar yang berdinding luar kaca fiberglass tebal berbentuk heksagonal kecil-kecil yang terplester satu sama lain itu, seperti sebuah reaktor nuklir tanpa corong pembuang uap air panas.

Meskipun begitu, orang-orang di tempat terisolir ini sudah terbiasa dengan hal-hal seperti itu. Termasuk juga seorang lelaki paro baya berjas lab yang sekarang sedang melamun di tepi bingkai dinding kaca itu.

Menatap keluar, ke pemandangan malam bersalju dan berkabut dibawah langit yang berawan, menutupi sinar rembulan yang menaungi padang putih pucat dan pinus yang merumpun tersebar.

Dia melihat sesuatu terbang dari ventilasi di atas kepalanya. Sebutir debu,bukan! Itu adalah seekor serangga yang terbang dihadapannya sasaat seperti menyapanya, dan langsung melesat lagi melewati jas laboratoriumnya yang pucat, menuju salah satu lampu neon di dekatnya, tempat berkumpulnya berbagai rumpun serangga lainnya.

Dia mendengar suara dengung yang aneh dari serangga itu. Itu bukan suara yang alami. Seperti suara mesin.

Ah, lupakanlah, mungkin itu hanya pikirannya saja. Memang, beberapa waktu terakhir ini otaknya selalu dipenuhi dengan segala hal tentang mesin, mungkin hal itu memengaruhinya. Entahlah. Ia kembali melamun.

Sebuah suara membuyarkan lamunannya.


DAFTAR LINK
Klik Disini!

2 komentar: